Segregasi
Segregasi adalah
pemisahan agregat kasar dari adukannya akibat campuran yang kurang lecak.
Penyebabnya :
2. Gradasi agregat yang
kurang baik
3. BJ agregat kasar
>> BJ agregat halus
4. Agregat halus terlalu
sedikit
5. Campuran beton terlalu
kering atau terlalu basah
6. Tinggi jatuh pengecoran
terlalu tinggi
7. Penggunaan alat
penggetar terlalu lama
Penanggulangannya :
1. Hindari perjalanan
campuran beton yang terlalu tinggi dan atau terlalu jauh
2. Membuat rancangan
campuran yang memadai, dengan atau tanpa bahan admixture
3. Merubah/mempertinggi
slump dan kelecakan beton dengan cara menambah bahan
Bleeding
Bleeding adalah “Mixing
Water” yang naik ke permukaan beton sesaat setelah beton selesai di
cor dan partikel agregat kasar turun ke bawah.
Penyebabnya :
1.
Campuran terlalu basah (W/C ratio terlalu tinggi) atau adanya
penambahan air pada saat pengecoran
2. Rancangan campuran
beton yang kurang baik sehingga tidak cukup material halus untuk menahan “laju”
air ke permukaan beton.
Penanggulangannya :
Menambah kandungan “finer” antara lain dengan :
1. Mengkombinasi pasir
kasar dengan pasir yang lebih halus atau dengan Abu batu. Tujuan dari
penambahan ini agar campuran beton lebih “kohesif”.
2. Menaikkan
jumlah semen (sampai batas tertentu). Dari penambahan ini maka
admixture yang dibutuhkan untuk menjaga workabilitas akan bertambah.
Shrinkage
Shrinkage (susut)
adalah :
1. Perubahan volume beton
ke arah yang lebih kecil akibat mengeringnya beton pada waktu mengeras.
2. Menyebabkan terjadinya
retak pada beton. Retak dapat berbentuk retak rambut atau retak
antara 1-2 mm dan biasanya retak ini dikategorikan retak non-struktural.
3. Shrinkage biasanya
berlangsung hingga 3 hari.
Penyebabnya :
1. Faktor
air semen (FAC) terlalu tinggi.
2. Pemakaian semen terlalu
banyak.
3. Modulus kehalusan
agregat tidak memenuhi syarat.
4. Intensitas pengadukan
yang kurang baik.
5. Kelembaban udara.
Penanggulangannya :
Penggunaan curing compound untuk memperkecil resiko shrinkage
cracking.
Type curing compound yang dapat digunakan :
Type curing compound yang dapat digunakan :
1. Sodium silicate based
material.
~ Meresap ke dalam
beton.
~ Mempercepat proses hidrasi semen yang ada di permukaan struktur sehingga retak akibat susut beton dapat di hindari.
~ Agar lebih sempurna, penggunaan/penyemprotan harus diulang antara 1-3 hari.
~ Mempercepat proses hidrasi semen yang ada di permukaan struktur sehingga retak akibat susut beton dapat di hindari.
~ Agar lebih sempurna, penggunaan/penyemprotan harus diulang antara 1-3 hari.
2. Wax based material.
~ Membentuk lapisan
membran di permukaan beton.
~ Lapisan membrane tersebut akan mengatur kecepatan evaporasi.
~ Untuk aplikasi beam, coloum, menggunakan clear curing compound.
~ Untuk aplikasi jalan beton semen sebaiknya menggunakan white pigmented
~ Lapisan membrane tersebut akan mengatur kecepatan evaporasi.
~ Untuk aplikasi beam, coloum, menggunakan clear curing compound.
~ Untuk aplikasi jalan beton semen sebaiknya menggunakan white pigmented
Bug Holes
Bug holes adalah rongga
(lubang) kecil merukan masalah beton yang timbul pada permukaan beton yang
sudah mengering.
Penyebabnya :
Bug holes terjadi akibat udara yang “terjebak” didalam beton.
Udara didalam beton timbul akibat proses mekanisme saat pengadukan beton.
Rata-rata beton normal memiliki kandungan udara sebesar 2%.
Penanggulangannya :
1. Penggunaan mold oil
yang tidak bersifat “sticky” seperti water based mold oil dapat membantu
mengurangi bug holes.
2. Dalam penggunaan water
based mold oil harus sesegera mungkin (maks. 6 jam) dilanjutkan dengan
pengecoran.
3. Memodfikasi mix design
agar beton lebih kohesif diantaranya dengan menaikkan kadar pasir sehingga
dapat me minimize bug holes.
4. Mengingat posisi flens
yang miring dan cenderung menghambat udara untuk keluar sehingga bug holes
tidak seluruhnya hilang, dapat diperbaiki dengan finishing untuk memperbaiki
tampilan girder.
Efflorescence
(pengkristalan)
Penyebab:
Akibat garam-garam yang
bersifat alkali terbawa kepermukaan plesteran, beton atau batako. Bila
kristal-kristal tersebut muncul dibawah lapisan cat dan disertai
kelembaban tembok akan menyebabkan lapisan cat rusak.
Pencegahan:
1. Pengecatan dilakukan
setelah tembok atau plesteran atau beton telah kering sempurna dimana kadar
alkali dan kadar air dari permukaan tersebut telah memenuhi syarat yang
ditentukan.
2. Permukaan yang
mengandung kristal dari garam-garaman harus dibersihkan terlebih dahulu dan
dibiarkan sampai tidak keluar lagi.
Perbaikan:
1. Bila pengkristalan
belum merusak lapisan cat, bersihkan dengan kain basah dan keringkan.
2. Amplas permukaan cat
agar lebih porous (pori-pori terbuka) sehingga air dan garam-garaman mudah
keluar. Setelah pengkristalan tidak terjadi lagi lakukan pengecatan ulang.
3. Bila pengkristalan
telah merusakkan lapisan cat maka harus dilakukan pengerokan sampai dasar,
bersihkan permukaan sampai pengkristalan tidak terjadi lagi dan lakukan
pengecatan ulang.
Water spot
(bercak-bercak seperti basah)
Penyebab:
Penggunaan plamir yang
belum kering sempurna dan kemudian diberi lapisan cat, maka sisa-sisa air dari
plamir tersebut terjebak diantara dua lapisan plamir dan cat sehingga
menyebabkan timbulnya bercak seperti basah.
Pencegahan :
1. Permukaan yang baru
dicuci dengan air atau kena air hujan harus dibiarkan kering sempurna.
2. Interval antar lapisan
diusahakan cukup lama untuk memberi kesempatan pada lapisan sebelumnya kering
sebelum diberi lapisan berikutnya. Setiap lapisan cat diusahakan setipis
mungkin agar pengeringan lebih sempurna.
3. Hindarkan pengecatan
waktu cuaca buruk (hujan, mendung atau lembab) atau pada permukaan yang
langsung terkena sinar matahari.
Perbaikan:
1. Amplas permukaan
lapisan cat agar lebih porous sehingga air dapat dengan mudah keluar.
2. Bila jamur telah tumbuh
pada bagian-bagian yang basah tersebut, cuci dengan kaporit dan kemudian lap
dengan kain basah untuk menghilangkan sisa-sisa kaporit.
3. Biarkan mengering
sempurna sebelum dilakukan pengecatan ulang, bila dirasa perlu beri lapisan
Wall Sealer yang sesuai.
Blistering
(menggelembung)
Penyebab:
1. Cat bermutu tinggi
mempunyai lapisan cat yang rapat dan plastis, sehingga terdapat air atau cairan
lain yang tertahan dibawahnya dapat mengakibatkan menggelembungnya lapisan cat
tersebut.
2. Pengecatan pada
permukaan yang basah akan mengakibatkan berkurangnya daya lekat lapisan cat,
sehingga kemungkinan terjadinya gelembung-gelembung akan lebih besar. Solvent
(pengencer) dapat tertahan dibawah lapisan cat bila pengecatan dilakukan
sekaligus tebal dan langsung terkena sinar martahari.
3. Lapisan cat paling atas
akan mengering lebih cepat, sedangkan lapisan bawah masih mengandung banyak
solvent yang akan menguap. Uap solvent (pengencer) tersebut akan terjebak
dibawah lapisan yang telah kering dan mendesak lapisan tersebut sehingga
terjadi gelembung.
Pencegahan :
1. Permukaan yang baru
dicuci dengan air atau kena air hujan harus dibiarkan kering sempurna.
2. Interval antar lapisan
diusahakan cukup lama untuk memberi kesempatan pada lapisan sebelumnya kering
sebelum diberi lapisan berikutnya. Setiap lapisan cat diusahakan setipis
mungkin agar pengeringan lebih sempurna.
3. Hindarkan pengecatan
waktu cuaca buruk (hujan, mendung atau lembab) atau pada permukaan yang
langsung terkena sinar matahari.
Perbaikan :
1. Jika terlalu banyak
gelembung yang terbentuk, maka lapisan cat harus dikerok seluruhnya.
2. Bersihkan permukaan,
kemudian berilah lapisan cat dasar bilamana diperlukan sebelum dilapisi cat
akhir.
3. Bila gelembung yang
terjadi sedikit, maka perbaikan hanya pada bagian yang menggelembung saja.
sumber:
http://www.sementigaroda.com/read/20150730/198/masalah-pengecoran-beton-dan-turunannya-pada-bahan-material-bangunan-rumah (diakses pada 27 November 2017)
Komentar
Posting Komentar