Langsung ke konten utama

Praktikum ke-2

Kamis, 5 Oktober 2017  Praktikum kedua kami berkaitan tentang mix design beton. Kali ini kami diharuskan menghitung jumlah semen, air, agregat kasar, dan agregat halus yang diperlukan untuk beton K-225.

Tujuan

Menentukan campuran beton yang memenuhi persyaratan kelecakan, kekuatan, dan durabilitas berdasarkan data yang telah diperoleh.
Alat dan Bahan
·         Kertas
·         Pulpen
·         Kalkulator
·         Data Percobaan

Prosedur Perencanaan Campuran Beton

1. Pemilihan Nilai Slump
Langkah awal dalam perencanaan mix design beton adalah penentuan nilai slump. Nilai slump penting dalam perencanaan campuran beton karena nilai slump menentukan karakteristik dari beton. Dalam menentukan nilai slump yang digunakan, dapat merujuk pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Pemilihan Nilai Slump
U r a i a n
SLUMP [mm)
Maksimum
Minimum
1.      Dinding, pelat pondasi dan pondasi telapak bertulang
80
25
2.      Fondasi telapak tidak ber-tulang, kaison dan konstruksi dibawah tanah
80
25
3.      Pelat, balok, kolom dan dinding
100
25
4.      Perkerasan jalan
80
25
5.      Pembetonan massal
50
25.

Pada tabel 4.1 dipaparkan nilai slump maksimum dan minimum untuk berbagai penggunaan beton seperti beton untuk dinding, balok, pondasi, atau jalan. Nilai slump yang nantinya digunakan pada rancangan campuran beton harus sesuai dengan kegunaannya dan tidak boleh melebihi nilai maksimum slump atau kurang dari nilai minimum.nya

2.Pemilihan Ukuran Maksimum agregat Kasar
Penentuan ukuran agregat maksimum bertujuan untuk menentukan ukuran agregat kasar agar beton tidak mengalami segregasi pada saat pembuatannya. Penggunaan agregat dengan gradasi yang baik dan dengan ukuran maksimum yang besar akan menghasilkan rongga yang lebih sedikit, hal tersebut akan menyebabkan penurunan kebutuhan mortar dalam setiap satuan beton. Dasar pemilihan ukuran agregat kasar maksimum harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu:
·         1/5 jarak terkecil antara 2 tepi bekisting
·         1/3 tebal plat
·         ¾ jrak bersih selimut beton
·         2/3 jarak bersih antar tulangan
Besar ukuran maksimum agregat kasar yang digunakan adalah nilai maksimum dari perhitungan empat syarat diatas dengan batas maksimum ukuran adalah 25 mm. Bila besar yang didapat dari empat perhitungan diatas lebih dari 25 mm, maka besar yang diambil adalah 25 mm.

3. Estimasi Kebutuhan Air Pencampur dan Udara Terkandung
Jumlah air pencampur pada campuran beton bergantung pada ukuran agreat maksimum, jumlah penambahan udara, serta kebutuhan dalam menghasilkan nilai slump tertentu. Penambahan air pada campuran akan berpengaruh pada workability hasil campuran, semakin banyak air yang dicampurkan akan membuat campuran beton lebih mudah mengalir dalam bekesting, namun dapat menyebabkan bleeding (pemisahan air dengan campuran beton pada saat dicetak). Maka dari itu dalam menentukan jumlah kebutuhan air perlu ditentukan sedemikian rupa agar didapatkan hasil yang optimum. Jumlah air yang dibutuhkan dapat diestimasikan dengan menggunakan Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Air yang Dibutuhkan dan Udara yang Tersekap
Jenis beton
Slump (mm)
Air (Kg/m3)
10 mm
12,5 mm
20 mm
25 mm
40 mm
50 mm
75 mm
Tanpa penambahan udara
25 - 50
205
200
185
180
160
155
140
75 - 100
225
215
200
190
175
170
155
150 - 175
240
230
210
200
185
175
170
Udara yang tersekap (%)
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0,3
Dengan penambahan udara
25 - 50
180
175
165
160
150
140
135
75 - 100
200
190
180
175
170
155
150
150 - 175
215
205
190
180
170
165
160
Udara yang tersekap (%)
8
7
6
5
4,5
4
3,5


4. Menentukan Nilai Perbaandingan Air dan Semen
Rasio air semen pada campuran beton akan memengaruhi kekuatan beton, semakin kecil nilai rasio Water-Cement (WC) akan semakin besar nilai kuat tekan beton namun akan mengurangi workability beton. Sedangkan nilai rasio WC yang besar akan membuat workability beton semakin bagus namun mengurangi nilai kuat tekan beton. Penentuan rasio air semen dapat ditentukan dengan tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Tabel Rasio Air Semen
Kuat Tekan Beton Umur 28 Hari (Mpa)
Rasio Air Semen (Perbandingan berat)
Tanpa Penambahan Udara
Dengan Penambahan Udara
48
0,33
-
40
0,41
0,32
35
0,48
0,40
28
0,57
0,48
20
0,68
0,59
14
0,82
0,74

           
Kuat beton pada tabel 4.3 merupakan kuat beton rata-rata pada umur 28 hari yang didapatkan melalui rumus berikut:
fc = 0,83 fc' + 1,64 Sd
fm = kuat beton rata rata pada umur 28 hari
fc’ = nilai kuat tekan karakteristik yang disyaratkan
0,83 = factor koreksi laboratorium untuk bentuk beton silinder
Sd = standar deviasi yang dipengaruhi faktor pengerjaan beton.

Penentuan nilai standar deviasi dapat dilakukan dengan merujuk pada tabel 4.4, yang perlu diperhatikan adalah kondisi lingkungan pembuatan campuran beton, apakah di lab atau lapangan. Lalu perlu juga diperhatikan kondisi pengerjaan yang diinginkan, apakah sempurna, sangat baik, baik, cukup baik, ataupun kurang baik, karena semua kondisi diatas akan berpengaruh pada standar deviasi dan nilai kuat beton nanti.
Tabel 4.4 Standar Deviasi untuk Berbgai Kondidi Pengerjaan
Kondisi Pengerjaan
Standar Deviasi
Lapangan
Laboratorium
Sempurna
<3
<1,5
Sangat Baik
3 - 3,5
1,5 - 1,75
Baik
3,5 – 4
1,75 – 2
Cukup Baik
4 – 5
2 - 2,5
Kurang Baik
>5
>2,5


5. Menentukan Berat Semen yang Dibutuhkan
Dalam perhitungan sebelumnya telah didapatkan berat air yang dibutuhkan dan perbandingan air dan semen. Tahap selanjutnya adalah menentukan berat semen yang dibutuhkan. Untuk menentukan jumlah semen yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus berikut:
Jumlah semen yang dibutuhkan = jumlah air / (w/c ratio)

6. Menentukan Volume Agregat Kasar yang Dibutuhkan
Langkah selanjutnya adalah menentukan jumlah agregate kasar yang dibutuhkan. Untuk menentukan agregate kasar dapat digunakan Tabel 4.5, tabel tersebut memperlihatkan bahwa untuk menentukan volume agregate maksimum dipengaruhi oleh dua parameter yakni modulus kehalusan dari agregate halus dan ukuran agregate kasar maksimum yang digunakan.
Tabel 4.5 Volume Agregat Kasar Untuk Slump 75 – 100 mm
Ukuran  agregat kasar(mm)
Persentase volume agregat kasar/ m3  volume beton
untuk Fineness Modulus agregat halus (pasir)
2.4
2.6
2.8
3
10
0,50
0,48
0,46
0,44
12.5
0,59
0,57
0,55
0,53
20
0,66
0,64
0,62
0,60
25
0,71
0,69
0,67
0,65
37.5
0,75
0,73
0,71
0,69
50
0,78
0,76
0,74
0,72
75
0,82
0,80
0,78
0,76
150
0,87
0,85
0,83
0,81


Pada tabel 4.5, volume agregat kasar yang didapatkan hanyauntuk nilai slump 75-100 mm. Jika perencanaan nilai slump diluar nilai tersebut maka harus dikalikan faktor koreksi yang dapat ditentukan dengan menggunakan Tabel 4.6. Pada tabel tersebut faktor koreksi hanya bergantung kepada nilai slump. Untuk menhitung massa agregat kasar digunakan rumus:
Massa Agregat kasar = Volume agregat kasar x faktor koreksi X massa jenis
Tabel 4.6 Tabel Faktor Koreksi Volume Aggregat Kasar untuk
Slump (mm)
Faktor Koreksi untuk Berbagai Ukuran Maksimum Agregat
10 mm
12,5 mm
20 mm
25 mm
40 mm
25 - 50
1,08
1,06
1,04
1,06
1,09
75 – 100
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
150 – 175
0,97
0,98
1,00
1,00
1,00


7. Menentukan Kandungan Agregat Halus yang Dibutuhkan
Dalam menentukan kandungan agregat halus cukup kita perlu mengetahui estimasi massa jenis beton segar, massa jenis beton segar tersebut dapat diestimasi melalui tabel 4.7  yang mana massa jenis beton segar tersebut dipengaruhi oleh ukuran agregate maksimum dan jenis proses pembuatan beton.
            Setelah estimasi massa jenis beton yang dibuat ditentukan, dapat dilakukan perhitungan estimasi agregat halus yang dibutuhkan dengan rumus :
Volume agg. halus = 1- vol. udara - vol. air - vol. agg. kasar - vol. semen
Massa aggregat halus = volume agregat halus x specific gravity kondisi SSD 
Tabel 4.7 Tabel Estimasi Massa Jenis Beton Segar
Ukuran Agregat Maksimum (mm)
Massa Jenis Beton Segar (Kg/m3)
Tanpa Penambahan Udara
Dengan Penambahan Udara
9,5
2304
2214
12,7
2334
2256
19,1
2376
2304
25,4
2406
2340
38,
2442
2376
50,8
2472
2400
762
2496
2424
152,4
2538
2472


8. Koreksi Kandugan Air pada Agregat
Semua perhitugan diatas menggunakan asumsi bahwa agregat kasar maupun halus yang digunakan dalam keadaan SSD (saturated surface dry). Namun, tidak semua agregate selalu dalam kedaan tersebut sehingga harus dilakukan koreksi terhadap jumlah kandungan air yang ada didalam agregat. Koreksi dilakukan dengan menggunakan rumus :
Massa koreksi agg. halus = massa agg. halus * (1+ faktor koreksi)
Massa koreksi agg. kasar = massa agg. kasar * (1+ faktor koreksi)
Massa koreksi air = massa jenis beton segar - massa semen - massa air - massa agregat


Tabel Concreate Mix Design
No.
Parameter
Nilai/Satuan
Penetapan Variabel Perencanaan
1.
Kategori jenis struktur
K-225
2.
Slump rencana
7,5 - 10 cm
3.
Rencana kuat tekan beton σ’bm = σ’bk + 1,64 Sd
229,8 kg/cm2
4.
Modulus kehalusan agregat halus [pasir]
4,3
5.
Ukuran maksimum agregat kasar
2 cm
6.
Berat jenis agregat halus [pasir] – SSD
2,463
7.
Berat jenis agregat kasar [kerikil] – SSD
2,498
8.
Berat volume / isi agregat kasar
1451 kg/m3
Perhitungan Komposisi Unsur Beton
9.
Rencana air adukan beton : W
200 kg
10.
Prosentase udara terperangkap
2 %
11.
Perbandingan W/C
0,584
12.
Perbandingan W/C maksimum
13.
Berat semen yang diperlukan [9]/[11]
342,6 kg
14.
Volume agregat kasar perlu bagi 1 m3 beton
47 %
15.
Berat agregat kasar [kerikil] perlu : [14] x [8]
681,9 kg/m3 beton
16.
Volume semen : 0,001 x [13] / 3,15
0,108 m3
17.
Volume air : 0,001 x [9]
0,2 m3
18.
Volume agregat kasar [kerikil] : 0,001 x [15] / [7]
0,276 m3
19.
Volume udara [10]
0,02 m3
20.
Volume perlu agregat halus / m3 [pasir] : 1 m3 – [(16)+(17)+(18)+(19)] m3
0,3952 m3
Komposisi Berat Unsur Adukan /m3 Beton
21.
Semen : [13]
342,6 kg
22.
Air : [9]
200 kg
23.
Agregat kasar kondisi SSD : [15]
681,97 kg
24.
Agregat halus kondisi SSD : [20] x [6] x 1000
987,2 kg
25.
Faktor semen [1 zak = 50 kg] : [21]/50
6,852 zak/mbeton
Komposisi Jumlah Air dan Berat Unsur untuk Perencanaan
26.
Kadar air agregat kasar [kerikil] : mk
5,212 %
27.
Absorpsi agregat kasar [kerikil] kondisi SSD : ak
5,361 %
28.
Kadar air agregat halus [pasir] : mh
5,055 %
29.
Absorpsi agregat halus [pasir] kondisi SSD : ah
3,84 %
30.
Tambahan air adukan dari agregat kasar : [23] x ([ak-mk]/[1-mk])
0,965 kg
31.
Tambahan agregat kasar untuk kondisi lapangan :[23]x([mk-ak]/[1-mk])
2,378 kg
32.
Tambahan air adukan dari agregat halus : [24] x ([ah-mh]/[1-mh])
-11,417 kg
33.
Tambahan agregat halus untuk kondisi lapangan :[24]x([mh-ah]/[1-mh])
28,52 kg
Komposisi Campuran Beton Kondisi Lapangan /m3
34.
Semen : [13]
342,6 kg
35.
Air : [22]+[30]+[32]
189,55 kg
36.
Agregat kasar kondisi lapangan : [23]+[31]
684,5 kg
37.
Agregat halus kondisi lapangan : [24]+[33]
978,69 kg
Komposisi Unsur Campuran Beton/Kapasitas Mesin Molen : 0,03 m3
Data Kelompok
Data yang digunakan dalam praktikum
38.
Semen
12,528 kg
13,65 kg
39.
Air
6,93 kg
9,6 kg
40.
Agregat kasar kondisi lapangan
25,02 kg
36,2 kg
41.
Agregat halus kondisi lapangan
35,76 kg
35,2 kg
Data-Data Setelah Pengadukan/Pelaksanaan
42.
Sisa air campuran (jika ada)
2,42 kg
43.
Penambahan air selama pengadukan (jika ada)
-
44.
Jumlah air sesungguhnya yang digunakan
8,06 kg
45.
Nilai slump hasil pengukuran
10 cm
46.
Berat isi beton basah waktu pelaksanaan
12,24


Analisis
Dalam perhitungan dapat kita peroleh jumlah material yang dibutuhkan untuk membuat suatu desain beton. Jumlah tersebut kita dapatkan dari data pada percobaan yang kami lakukan. Setelah dilakukan perhitungan sesuai tabel maka kita dapatkan jumlah semen yaitu 12,528 kg, jumlah air sebanyak 6,93 kg, jumlah agregat halus pada kondisi lapangan 25,02 kg, dan jumlah agregat kasar pada kondisi lapangan 35,76 kg. Perhitungan ini kami lakukan setelah melewati tahap pengujian syarat mutu beton, kekuatan (strength), ketahanan (durability) dan kemudahan pengerjaan (workability) serta nilai ekonomisnya . Kemudian, jumlah yang akan kami gunakan pada proses pembuatan beton adalah jumlah rata-rata dari data setiap kelompok. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan nilai proporsi material yang baik, karena bisa saja terdapat kelompok yang mendapatkan massa material cukup kecil atau cukup besar.
Kesimpulan
Perhitungan concrete mix desain digunakan untuk mendapatkan nilai angka yang akan digunakan dalam proses pembuatan beton yang baik. Perhitungan ini diperlukan ketelitian yang lebih karena terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan. Pada pembuatan beton yang kami lakukan kami menggunakan data rata-rata untuk memperoleh jumlah material yang proposional, data yang telah kami hitung adalah sebagai berikut:
Semen             : 13,65 kg
Air                   : 9,6 kg
Agregat kasar  : 36,2 kg

Agregat halus  : 35,2 kg

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BORMA DAGO

Borma Dago Swalayan Serbaguna yang berlokasi di Jalan Ir. Juanda no.348 ini merupakan salah satu tempat yang terkenal di kalangan mahasiswa dan penduduk Bandung. Lokasi yang strategis dan menyediakan barang yang amat lengkap membuatnya diminati masyarakat. Dari segi konstruksi, bangunan tempat Borma beroperasi cukup besar dan kokoh, bangunan tiga lantai ini 40% terdiri dari baja ringan meliputi rangka atap, tiang-tiang penyangga, dan sebagian interior depan, kemudian 50% beton yang meliputi tembok dan tiang-tiang dalam, lalu 10% bahan bangunan lainnya seperti keramik, kaca dan kayu. Baja ringan dan beton sebagai bahan bangunan sering kita jumpai diberbagai bangunan, tak hanya di Borma Dago. Berikut proses pembuatan dari baja ringan dan beton: Bahan Dasar Dan Metode Pembentukan Baja Ringan yang Super Kuat A. Bahan Dasar Baja Ringan Bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan baja ringan adalahCarbon Steel, Carbon Steel adalah baja yang terdiri d...

Pernah Gak Sih Elu Kebingungan Milih Parfume Cowok!?

Sebagai cowok, pernah gak sih elu kebingungan nyari  parfume cowok   yang cocok buat elu? Barangkali pertanyaan tadi adalah sebuah pertanyaan yang patut ditanyakan kepada setiap cowok, karena gak sedikit cowok yang ternyata kebingungan milih  parfume cowok   yang pas dengan kepribadian dan aktifitas dia.  Bahkan gak jarang ditemuin cowok yang bahkan selama bertahun-tahun selalu gonta-ganti  parfume cowok   . Kadang nemu yang aromanya bikin nyaman tapi ternyata pas dipake bikin kulit iritasi dan merah-merah, atau nemu yang enak dikulit tapi aromanya nyengat banget ke hidung. Bahkan kadang udah nemu yang enak di kulit dan aromanya nyaman tapi ternyata pas dipake aromanya gak tahan lama, belum juga sejam udah gak kecium lagi. Well, emang gak semudah itu buat nyari  parfume cowok   yang berkualitas, nyaman, tahan lama aromanya, apalagi bisa bikin cewek-cewek deketin kita, ditambah lagi yang harganya terjangkau. Hampir mustahil nemu  parfume ...

Korosi pada Beton Bertulang

Korosi pada Beton Bertulang Baja tulangan di dalam beton   Baja tulangan di dalam beton berada dalam lingkungan bersifat basa kuat dengan nilai ± pH  12,5. Keadaan ini disebabkan karena beton mengandung 20 – 30 persen Kalsium Dihidrosida (Ca(OH)2), sebagian berupa larutan jenuh Ca(OH)2 di dalam beton, sebagian mengendap berupa kristal Ca(OH)2 di dalam beton. Lingkungan basa kuat ini memberikan perlindungan terhadap baja tulangan di dalam beton dari serangan korosi karena baja tulangan di dalam lingkungan basa kuat menjadi pasif.   Korosi baja tulangan   Korosi baja tulangan adalah reaksi kimia atau elektro kimia antara baja tulangan dengan lingkungannya.  Secara umum reaksi tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :   Reaksi Anodik :   Fe → Fe ++ + 2e -    H2O → H+ + OH - Fe ++ + OH - → Fe(OH) 2   4Fe(OH) 2   +  O 2    +   H 2 O →  4 Fe(OH) 3 [karat]    ...